Ketika Ilmu Alam tak Sejajar Lagi dengan Ilmu Sosial

 Tidak ada Keseimbangan, hancur sudah...

“Tidak ada keseimbangan. Hancur sudah..”

Tempo hari, saya mengunjungi sebuah artikel mengenai kegalauan seorang teman, yang kebetulan tengah gusar akan kesenjangan dunia anak – anak Ilmu Alam terhadap Ilmu Sosial. Yang saya tahu, dia tidak meniliknya dari segi pertemanan, karena, toh, saya sendiri adalah Anak kelas XI Ilmu Sosial yang ternyata memiliki segudang koneksi menuju dunia Ilmu Alam.

Ya, memang bukan itu masalahnya.

Terlepas dari julukan aneh – aneh yang disodorkan kepada masing – masing jurusan, (Misalnya Bau Rumus untuk anak – anak IPA dan Bau Candi untuk anak – anak IPS) kesulitan akan masa depan sudah menjadi masalah klasik yang dihadapi segenap anak – anak Sekolah Menengah Atas.

Selama ini, pemilihan jurusan IPA dan IPS cenderung tidak seimbang. Kalau mau jujur, Departemen Pendidikan ini masih harus banyak belajar teori keseimbangan. Masa Anak – anak IPA hidupnya bisa lebih terjamin ? Kenapa tidak sekalian saja dibuat satu jurusan ? Masa depan anak IPS kok lebih suram daripada IPA, bisa dapat koneksi lebih banyak daripada anak IPA ? Dan sebagainya.

Tentunya ini menjadi kegusaran saya juga, ketika dominasi anak – anak IPA menjajah kehidupan IPS, anak – anak bau candi seperti ini tidak bisa bertahan lama di strata sosial yang lebih tinggi. Saya tidak mau kalau nanti strata kelas atas diduduki oleh anak – anak keluaran Ilmu Alam.

Setidaknya, masalah tidak berakhir sampai situ.

Lalu dimana sebenarnya masalah yang anda permasalahkan ?