Catatan Seorang Tentara

Untuk Bunda pertiwi tersayang…

Kau tahu, Bunda.
Sudah 61 tahun semenjak kemerdekaan bunda berlangsung, sebentar lagi bunda akan merayakan ulang tahun yang ke-62. Bunda tahu, setiap hari hamba selalu memikirkan bunda. Hamba masih merasakan detik – detik ketika bendera negara kita tersayang berkibar di tengah suasana kemer-dekaan. Hamba tahu, tidaklah meriah. Dulu hamba juga tidak mendengar kumandang suara orkes yang meriah. Ataupun iring – iringan megah yang tidak bisa hamba bayangkan beberapa puluh tahun lalu. Namun, dalam benak hamba dahulu, adalah membebaskan Bunda, dari jeratan dan siksaan
kaum – kaum Eropa itu. Tidak lebih, tanpa pamrih. Hamba mengerti bahwa harapan hamba dahulu itu muluk – muluk dan membuat hamba menjadi naif. Namun hamba ingin menjadi seorang yang optimis, hamba ingin mencoba dahulu sebelum itu.

Kau tahu, Bunda.
Sudah 61 tahun semenjak kemerdekaan bunda berlangsung, sebentar lagi bunda akan merayakan ulang tahun yang ke-62. Waktu terus bergulir, Bunda. dari
Perang antara 2 negara besar sampai kepada perang yang menyelimuti bangsa seperti kita. Bangsa kita sudah tidak menginginkan perang lagi. Padahal hamba, sebenarnya, rindu akan atmosfirnya. Sudah puluhan tahun hamba hanya duduk di kursi goyang ini, menulis cerita kepada Bunda. Puluhan tahun lalu, hamba sempat iri karena melihat orang – orang Amerika sana sudah memakai senjata otomatis, sementara hamba masih mema-kai bambu runcing dan senjata rifle rampasan. Ah, bunda. Hamba hanya membayangkan perang dahulu. Hamba ini sebenarnya alergi akan mayat.

Kau tahu, Bunda.
Sudah 61 tahun semenjak kemerdekaan bunda berlangsung, sebentar lagi bunda akan merayakan ulang tahun yang ke-62. Sekarang keadaan sudah berubah, Bunda. Penerus – penerus kita sudah melupakan perjuangan kita dulu, Bunda. Entah karena takut akan penjajahan ataukah karena mereka benar – benar lupa, hamba tidak pernah mengerti. Penerus – penerus yang akan mempertahankan Bunda ini, seakan menghilang. Hamba hanya melihat mereka – mereka yang mempertahankan ideologinya sendiri – sendiri. Dan memperjuangkan cinta mereka kepada lawan jenis mereka. Banyak sekali, Bunda. Bebe-rapa waktu lalu saja hamba melihat banyak kejadian yang amat membuat gundah hati hamba. Orang – orang berkenalan melalui dunia yang berbeda. Orang – orang saling hina-dihinakan. Saling mengikat hak orang, padahal katanya RI sudah menjadi negara Demokrasi. Sana – sini saling bunuh, caci maki. Pemerko-saan
marak sekali. Hamba bingung, orang – orang sudah sakit.

 

Kau tahu, Bunda. Teman saya pernah berkata, “Ikutilah kata hatimu.” Maka sampai saat ini, hamba berpikir bahwa adalah orang yang paling benar di daerah yang salah. Maka dari itu, hamba membutuhkan saran dari Bunda sebagai Ibu tercinta bagi hamba. Tak luput rahmat dari Tuhan benar – benar hamba nantikan.

Dari anakmu tersayang.

—————————-

Sebenarnya tanggal 17 Agustus masih lama, tapi dengan ini saya benar – benar menunggu hari perayaan kemerdekaan itu kembali. 😀

trademark-cr.png

15 Tanggapan

  1. Stop babbling and do something you…

    mo—-ro—n

  2. Have you do the same exclude ‘babbling’…?

  3. eh..udah mau yg ke-61 ya?? ya ampun sangking udah lamanya nggak ikut upacara bendera jadi lupa udah berapa taun Indonesia merdeka :mrgreen:

  4. Duhai anakku…. janganlah engkau ikut2-an dgn dunia yg semakin menggila ini. tetaplah engkau menjadi anakku, yg membela pertiwi dgn darah dan harga diri.

    tak perlulah engkau ke diskotik dulu, anandaku. cukup tentanglah para penebang hutan liar dan penghancur lingkungan yg jelas2 menyebabkan marah dan duka alam semesta. dan angkatlah senjata, bila kelak datang penjajah tiba. kepruklah para pemimpin yg tak becus dan tak mampu membawa amanat rakyatku. (terbatuk sejenak… maklum, sudah 61 tahun).

    salam anandaku, merdeka!

  5. heeee….atmosfir tujuhbelasan yg kental…..
    lets do our best to stop d tears of pertiwi mother*maksa*!
    merdeka…..!!!*ngacung2in bambu runcing*

  6. 61?
    dan beberapa hari lagi akan menjadi 62, gak kerasa ya
    *langsung tereak2 nyanyi lagu Indonesia Raya*

  7. Enjoy Aja, kita lebih maju koq ketimbang Amerika

    Amerika waktu seumuran kita (Indonesia) malah lebih menyeramkan koq, segala urusan sepele masalah perbudakan dijadikan alasan perang saudara. Belum lagi ada daerah rawan yang legal seperti “Wild Wild West”.
    Coba bayangkan kita sekarang berada di Timor Leste yang makan singkong aja susah, atau di Irak dimana mo pergi kepasar aja berasa dhag dhig dhug dhuerr, atau di Colombia.
    Kita masih beruntung, tidak usah terlalu dibesar-besarkan soal perang pemikiran, FPI, FBR dsb.
    Cobalah berpikir positif, kadang kala kita merasa dunia itu gelap gara-gara ketakutan yang kita ciptakan sendiri.
    Khayalan kita yang tumbuh dari proses latah men-generalisasi kejadian telah menhambat kita berpikir jernih.

    Kita terlalu lama memakai Kacamata Kuda, sehingga tidak melihat variasi yang ada disamping kita, kita hanya fokus kedepan walaupun kabur oleh khayalan kita,
    Mari kita memakai Kacamata Minus saja, mudah-mudahan kita bisa melihat lebih jernih.
    Tayangan ini mungkin bisa jadi sebuah lelucon cerdas untuk kita simak

  8. @ cK

    62, Mba. Bukan 61.

    @ telmark

    Jadi yang berusia 61 tahun itu anda atau..? :mrgreen:

    Merdeka…! 😀

    @ 9racehime

    Hehehehe…kalau dulu, banyak lampu kerlap – kerlip di rumah – rumah, menandakan hari Raya Kemerdekaan. Sekarang suasananya hilang… 😐

    @ andalas

    Sebenarnya masih lama kok. 😀

    @ Fadli

    Kita masih beruntung, tidak usah terlalu dibesar-besarkan soal perang pemikiran, FPI, FBR dsb.
    Cobalah berpikir positif, kadang kala kita merasa dunia itu gelap gara-gara ketakutan yang kita ciptakan sendiri.

    Kemarin saya ketawa – ketawa melihat anime School Rumble, lalu saat masuk tulisan ini saya bisa serius.

    Artinya saya juga menempatkan sisi positif di tempat yang saya (kira) butuhkan. 😀

    Memang benar apa kata Star Mild. 😀

  9. Maaf Bunda, jika engkau kini terus diperkosa…
    tubuhmu nampak kian lemah tak berdaya, sakit-sakitan, muntah terus menerus, seringkali gemetar dan terguncang, bahkan sampai 9 skala richter.

    Maafkan kami telah menggadaikan isi tubuhmu pada orang asing pemilik modal…

    Maafkan kami Bunda, anak bangsa(t) yang tak tahu bagaimana merawat Bunda…

  10. Begitulah, banyak anak – anak kandungnya (beserta anak – anak tiri dan tamu – tamu) yang menghajar bulat – bulat tubuh ‘Bunda’.

  11. Look at the “playing hero at school” post buddy,would you do the same in the same case?

  12. hoo~
    Indonesia-ku.. udah 61 tahun,, tubuh mulai renta,, seharusnya anak-cucu mulai melayani, tapi malah masih harus berjalan tertatih-tatih dengan tongkat yang terbuat dari rotan kesayanganmu..
    ingin aku bisa cepat berdiri dan memapahmu supaya engkau bisa tersenyum sedikit lagi..

  13. Saya kira, isinya mirip-mirip catatan harian seorang demonstran.. Nggak tahunya, saya salah. Huehehe.

    Yang kedua, saya kira ini pengakuan seorang tentara… Nggak tahunya, saya salah juga.

    Yang ketiga, saya kira, ini berhubungan dengan bisnis tentara (yang sampai memakan korban babak belurnya Ade Daud Nasution)… Nggak tahunya…, saya salah juga.

    Maap yaa, payah nih saya hari ini. Tebakannya salah melulu. Hehehe

    @tendo suji? Sudah mbaca tulisan Wak Somad. Saya pikir kamu pasti tertarik deh. Sebab kamu punya style yang agak mirip dengan beliau.

  14. @ Tendo-Soji

    What solution I gave, to make it better…? :mrgreen:

    @ saRe’

    Ah, iya.

    ‘Terkadang, menjadi benar di dalam kaum yang mayoritasnya salah bisa membuat kerugian tersendiri.’

    Tapi boleh juga, membuat revolusi. 😀

    @ bangaiptop

    Harusnya saya namakan surat, ya…? 😀

    Tidak sih, kalau itu masalahnya terlalu spesifik. nanti yang tergugah hanya satu pihak. Sulit. 😀

  15. ” Pemerko-saan marak sekali. Hamba bingung, orang – orang sudah sakit.”

    Holy s**t… -____-

    yah…namax aja indo…sabar aja..

    5 tahun lagi gue ga org indo lg!! kalimantan merdeka 5 thn lg!!! XD

Tinggalkan komentar